Language

Tekad Bulat Shantya Meraih Beasiswa Meski Telah Mapan Bekerja

Last updated on 03 Dec 2024
Tekad Bulat Shantya Meraih Beasiswa Meski Telah Mapan Bekerja

IMG_2017-10-25 20:05:16.jpg

Oleh Dwi Septianingsih

Masih banyak orang yang meragukan bahwa mimpi melanjutkan sekolah di luar negeri dapat terwujud. Ada pula sebagian yang mencemooh bahwa sekolah di luar negeri hanyalah khayalan yang mustahil diwujudkan. Namun, ternyata yang terjadi justru sebaliknya. Tidak sedikit orang yang akhirnya berhasil menimba ilmu di universitas-universitas ternama di luar negeri.

Shantya misalnya, gadis kelahiran Jakarta ini tidak pernah menghapus mimpinya untuk belajar di negeri orang meski ia telah mapan bekerja di perusahaan perbankan. Bahkan, semangatnya untuk terus belajar ini membuat orang-orang di sekitarnya salut dan merasa kagum. Shantya yang saat itu masih aktif bekerja mengaku rajin mencari informasi beasiswa S2 di luar negeri.

Tertarik pada Bidang Food Technology

Shantya yang saat S1 mengambil jurusan teknik kimia ini justru tertarik untuk mengambil program studi master dalam bidang food technology. Shantya menjelaskan, setelah sekian lama menjadi seorang Relationship Manager di perusahaan perbankan, ia menilai bahwa industri makanan adalah industri yang memiliki masa depan cerah. Alumnus Universitas Indonesia ini bermaksud mendalami ilmu bisnis dalam bidang food technology, dimana dalam bidang tersebut terdapat sisi science yang sesuai dengan bidang keilmuannya saat S1, dan terdapat sisi ekonomi yang merupakan bidang pekerjaannya di bank. Untuk mendalami ilmu tersebut, pilihan Shantya jatuh pada salah satu universitas di Belanda yaitu Wageningen University and Research Centre.

Diakui gadis kelahiran 1987 ini, ia pun sempat mencoba beasiswa di Australia. Namun, setelah membandingkannya dengan beasiswa Eropa, Shantya berkesimpulan bahwa biaya kuliah dan biaya hidup di Eropa lebih murah. Selain itu, ia merasa bahwa banyak negara yang maju dan bagus ilmu pengetahuannya di Eropa. Kelebihan lain yang juga didapatkannya adalah adanya kemudahan untuk melakukan traveling di beberapa negara di Eropa.

Terkendala Latar Belakang Pendidikan

Namun rupanya, perjuangan Shantya untuk mendapatkan beasiswa tidak semudah yang dibayangkan. Latar belakang pendidikan dan pekerjaan Shantya menjadi kendala utamanya untuk mendapat beasiswa. Pihak penyedia beasiswa melihat bahwa ia tidak cukup konsisten menekuni satu bidang keilmuan. Background yang diawali dengan ilmu teknik, lalu dilanjutkan dengan karir di perbankan, dan kini ingin menekuni bidang food technology, dinilai tidak berhubungan atau tidak linear. Shantya pun akhirnya berkesimpulan bahwa beasiswanya sulit diterima karena pihak penyedia beasiswa khawatir calon siswanya tidak bisa mengikuti pelajaran dengan baik.

Tidak menyerah, Shantya bertekad untuk tetap mencari informasi beasiswa. Ia rajin mencari informasi mulai dari googling di internet sampai mengikuti EHEF Exhibition di Jakarta. Ia pun mengungkapkan kesannya saat mengikuti EHEF Exhibition. Menurutnya, acara EHEF Exhibition adalah acara yang cukup besar, dan ia bisa mendapatkan informasi seputar universitas-universitas yang ada di Eropa serta beasiswa yang disediakan oleh universitas-universitas tersebut.

Beasiswa StuNed Menjawab Mimpinya

IMG_2017-10-25 20:08:17.jpg

Upayanya kemudian membuahkan hasil. StuNed memberikan Shantya beasiswa untuk melanjutkan pendidikannya di Wageningen University and Research Centre. Ia beranggapan bahwa mungkin StuNed bisa melihat bahwa sebuah bidang keilmuan bisa dipelajari dari berbagai sudut pandang ilmu yang berbeda. Meski demikian, tetap saja hal ini menjadi pertimbangan untuk program beasiswa lainnya. “Jadi kalau bisa fokus mendalami bidang ilmu yang relevan, jangan terlalu loncat-loncat karena mereka inginnya kalau kita belajar kita sudah punya background ilmu yang cukup di bidang tersebut,” ungkap Shantya.

Selama menempuh studi di Belanda, Shantya berhasil beradaptasi dengan lingkungan barunya dan menghadapi berbagai kendala yang muncul. Ia sangat terbantu dengan kemampuan berbahasa inggris orang-orang di Belanda yang sangat baik, sehingga faktor bahasa tidak begitu menjadi penghalang. Di universitas tempat ia berkuliah pun terdapat banyak mahasiswa internasional dan tidak sedikit yang juga berasal dari Indonesia.

Tidak hanya itu, di Belanda juga banyak tersedia makanan Indonesia, jadi ia tidak terlalu merasa homesick. Meski begitu, Shantya mengakui bahwa akan lebih baik jika kita menguasai sedikit bahasa Belanda agar dapat berinteraksi dengan warga lokal di kehidupan sehari-hari.

Shantya mengaku bahwa dirinya senang dan merasa nyaman kuliah di Wageningen University and Research Centre, ”Hal yang membuat aku kagum di universitas life science ini adalah banyak orang-orang yang aktif dalam hal pelestarian lingkungan. Beberapa dari mereka juga ada yang sangat ‘naturalis’, dimana mereka menolak menggunakan produk-produk yang membahayakan lingkungan. Mereka hanya mau menggunakan produk-produk yang tergolong alami. Selain itu, banyak orang-orang yang mengadopsi pola makan vegetarian dan vegan karena mereka peduli dengan animal welfare.”

Lokasi kampusnya pun terletak di daerah yang tenang dan tidak terlalu ramai. Kondisi ini diakui Shantya sangat mendukung proses belajarnya. Sistem belajarnya pun sangat berbeda dengan Indonesia. Jika di Indonesia sistemnya semester, di Belanda menggunakan sistem period, dimana satu period terdiri dari 1 atau 2 bulan masa studi. Dalam 1 atau 2 bulan itu, mahasiswa hanya belajar 2 mata kuliah setiap hari. Jadi, dalam setahun mahasiswa bisa ujian tiap 2 bulan sekali, bahkan ada yang 1 bulan sekali ujian.

Tips Shantya Tentang Cara Memperoleh Beasiswa di Luar Negeri

Bagi teman-teman yang juga sedang mengupayakan beasiswanya ke luar negeri, Shantya memberikan sedikit tipsnya. Ia berpesan bahwa calon mahasiswa internasional harus benar-benar mempersiapkan ujian IELTS atau iBT,”Siapkan juga kalau kita mau ambil test bahasa jenis apa, belajarlah sesuai test tersebut.” Selain itu, yang tidak kalah penting adalah teman-teman harus memperhatikan waktu/deadline yang ditentukan oleh penyedia beasiswanya. Jadi, buat timeline dan perhatikan tanggal-tanggal penting agar tidak terlewat.

Saat menulis essay, pastikan teman-teman menjelaskan segala sesuatunya dengan baik dan realistis. Kalau perlu, angkat isu-isu tertentu dan lakukan research sesuai dengan program studi pilihan teman-teman. Demikian pula saat wawancara, teman-teman harus yakin dan jangan takut ditolak sebelum mendaftar. Ceritakan tentang kelebihan teman-teman yang lain di luar materi yang berhubungan dengan program studi, misalnya aktif di kegiatan sosial atau di organisasi tertentu. Hal itu juga menjadi nilai tambah untuk teman-teman.

Yuk, mulai cari informasinya dari sekarang dan bersiap untuk kuliah di Eropa!

IMG_2017-10-25 20:08:12.jpg

IMG_2017-10-25 20:08:22.jpg

Instagram: shantya_sp

Facebook: Shantya Paramitha